Kamis, 20 Desember 2018

Skandal dan tantangan selibasi para imam Katolik

Skandal dan tantangan selibasi para imam Katolik

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41609461

Pengunduran diri Monsinyur Hubertus Leteng sebagai Uskup Ruteng di Nusa Tenggara Timur yang sudah disetujui Tahta Suci Vatikan terkait dengan penyelewengan dana gereja dan isu hubungan terlarang dengan perempuan.
Di luar persoalan penggelapan uang, kisah Hubertus sebenarnya mengulang persoalan selibasi dalam komunitas pemuka agama Katolik di pelbagai negara.
Pimpinan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Romo Franz Magnis Suseno mengatakan, setiap calon imam Katolik Roma harus mengucap janji hidup selibat sebelum tahbisan.
Janji itu, kata Franz, akan terus mengikat para pastor selama mereka tidak mendapatkan kebijakan khusus dari Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma.
"Itu adalah janji bahwa mereka tidak akan menikah dan sama sekali tidak akan aktif secara seksual," ujarnya kepada BBC Indonesia, Jumat (13/10).
Franz -seorang pastor dari tarekat Serikat Yesus- menyebut janji selibat merupakan salah satu tantangan terberat yang harus dijalani imam Katolik Roma dan sejumlah pastor memilih menanggalkan status imam karena tak sanggup menanggung kewajiban hidup selibat.
"Dari segi seksual, banyak pastor merasa sepi atau selalu sendirian dan ada yang kemudian jatuh cinta. Itu selalu menimbulkan tantangan besar, ada akhirnya yang berhenti jadi imam," kata Franz.
Romo Benny Susetyo, imam kategorial di Keuskupan Malang, menyebut hidup selibat berkaitan dengan tugas melayani tuhan secara total. Artinya, kata dia, para imam diminta mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kegiatan rohani dan menyingkirkan kepentingan pribadi.
Menurut Benny yang kini berstatus anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Pemantapan Ideologi Pancasila, perkembangan zaman memperberat tantangan hidup selibat.
"Tantangan globalisasi memang banyak, hedonisme dan segala hal yang didapat secara mudah. Di situlah kami diuji," kata Benny.
Fenomena global
Beragam catatan jurnalistik dan penelitian ilmiah sebelumnya telah mengungkap banyak kasus seksualitas di kalangan imam Katolik. September lalu, Universitas RMIT Australia menerbitkan laporan yang mereka kerjakan sejak 1985, berjudul Child Sexual Abuse in the Catholic Church.
Profesor Des Cahill -salah seorang penulis laporan itu- menyebut ribuan anak di panti asuhan yang dikelola gereja Katolik di seluruh dunia rentan menjadi korban pelecehan seksual para pastor.
Cahill -mantan imam yang memutuskan mundur dari gereja untuk menikah- mengatakan bahwa pelecehan seksual pastor terhadap anak belakangan menurun seiring kewaspadaan orangtua dan pengawasan gereja.




Hak atas foto Darrian Traynor/Getty Images
Image caption Bendahara Vatikan, Kardinal George Pell, menjalani proses persidangan di Melbourne, Australia, sejak pertengahan 2017 dalam kasus yang disebut skandal seks imam Katolik yang bersejarah.
Laporan itu juga menyebut, dalam rentang tahun 1950 hingga 2000 tercatat satu dari 15 imam di Australia, Irlandia, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Belanda, melecehkan anak dan remaja secara seksual.
Maret 2017, media Italia melaporkan skandal pesta seks yang diduga dilakukan sejumlah imam di Napoli. Adapun, pada Oktober 2015, Paus Fransiskus secara terbuka meminta maaf atas skandal hubungan seksual sesama jenis sejumlah pastor Katolik Roma.
Sementara pada 2006, BBC -melalui karya dokumenter berujudul Sex Crimes and the Vatican- mengungkap kebijakan Vatikan yang cenderung menyelesaikan kasus kekerasan seksual para imam secara internal dibanding memperkarakannya ke penegak hukum.




Hak atas foto Alexander Tamargo/Getty Images
Image caption Pastor Alberto Cutie memilih melayani di Gereja Anglikan agar dapat menikah dengan Buni Canellis.
Satu kisah penyimpangan selibat terkenal lainnya muncul dari sosok Alberto Cutie -mantan pastor Katolik di Miami, Amerika Serikat. Pada 2009, Cutie mengundurkan diri dari gereja Katolik Roma setelah dugaan menjalani percintaan dengan perempuan.
Tak lama setelah itu, Cutie menikahi perempuan bernama Ruhama Buni Canellis dan memutuskan untuk melayani Tuhan sebagai pendeta di Gereja Episkopal Florida yang berada di bawah naungan Gereja Anglikan Inggris.
Adapun, Monsinyur Hubertus Leteng yang mengundurkan diri dari Keuskupan Ruteng menolak mengomentari dugaan skandal percintaannya. "Saya lebih memilih diam daripada berbicara," ujarnya kepada BBC Indonesia.
'Tidak harus selibat'
Paus Fransiskus Maret lalu mengungkap gagasan menahbiskan pria menikah menjadi imam karena kebijakan itu dapat menutup kekosongan pastor di daerah-daerah terpencil.
Romo Franz mengatakan gagasan itu sebenarnya telah muncul puluhan tahun lalu dan bahka belakangan ini ada sebagian umat Katolik Roma di Jerman yang mendorong Vatikan agar tidak lagi ketat soal aturan selibat.
"Banyak umat tidak keberatan jika imamnya menikah. Artinya, dukungan terhadap hidup selibat berkurang," ujarnya.




Hak atas foto Spencer Platt/Getty Images
Image caption Paus Fransiskus menilai Vatikan perlu mempertimbangkan doktrin selibat agar pelayanan terhadap umat tidak terhambat.
Franz menuturkan, selibat merupakan doktrin yang pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kebijakan Vatikan. Ia berkata, Tahta Suci mengizinkan gereja Katolik Roma di Eropa Timur menahbiskan pria menikah menjadi pastor.
"Gagasan ini didukung sangat banyak pihak, termasuk saya juga, bahwa dimungkinkan imam diambil dari orang yang menikah. Itu akan menjadi hal baru, tapi tidak akan ada masalah teologis sama sekali," ujarnya.

 

Soal Pastor Jadikan Biarawati Budak Seks, Ini Janji Paus Fransiskus

 https://news.detik.com/internasional/d-4415722/soal-pastor-jadikan-biarawati-budak-seks-ini-janji-paus-fransiskus
Rita Uli Hutapea - detikNews
Soal Pastor Jadikan Biarawati Budak Seks, Ini Janji Paus Fransiskus Paus Fransiskus (Foto: BBC World)
Roma - Untuk pertama kalinya, Paus Fransiskus mengaku secara publik bahwa sejumlah biarawati juga menjadi korban kejahatan seksual pastor dan uskup.

"Itu bukan sesuatu yang dilakukan semua orang, tetapi ada pastor dan bahkan uskup yang telah melakukan apa yang Anda katakan," kata Paus kepada para wartawan. "Dan saya pikir itu terus berlanjut karena itu bukan berarti ketika Anda menyadarinya, itu langsung berhenti. Itu berlanjut. Dan untuk beberapa waktu kami telah mengerjakan (kasus ini)," ujar Paus.

Paus Fransiskus berjanji untuk berbuat lebih banyak guna melindungi para biarawati. "Haruskah kita melakukan sesuatu yang lebih? Ya," ujar Paus kepada para wartawan saat konferensi pers dalam penerbangannya kembali ke Roma, Italia usai melakukan kunjungan bersejarahnya selama dua hari ke Uni Emirat Arab.

"Apakah ada kemauan? Ya. Tapi itu jalan yang sudah kita mulai," tutur Paus seperti dilansir NBC News, Rabu (6/2/2019).


Paus pun memuji pendahulunya, Paus Benediktus yang bertindak dengan menutup orde kesusteran di Prancis setelah sejumlah biarawatinya diketahui menjadi korban perbudakan seks oleh pastor-pastor.

Orde yang dimaksud Paus adalah Saint Jean, yang pada tahun 2013 mengakui bahwa sejumlah biarawati telah menjadi mangsa predator seks, pastor Marie-Dominique Philippe dan para pastor lainnya

Orde Saint Jean dibubarkan pada tahun 2005, tahun pertama Paus Benediktus menjadi kepala Gereja Katolik sedunia.


"Saya ingin menekankan bahwa dia adalah orang yang punya keberanian untuk melakukan banyak hal mengenai topik ini," kata Paus Fransiskus memuji Paus Benediktus yang mundur dan digantikan oleh Paus Fransikus pada tahun 2013.

Paus mengatakan, sejumlah pastor telah diskorsing karena melecehkan para biarawati. Tapi dia mengatakan, pelecehan terhadap perempuan tidak terbatas di gereja Katolik saja karena di banyak belahan dunia, perempuan masih dianggap "warga kelas dua."

"Ini masalah kultural," cetus Paus. "Saya berani mengatakan bahwa manusia belum matang," imbuhnya.

Jumat 04 Januari 2019, 13:47 WIB

Paus Fransiskus Kritik Uskup AS Atas Skandal Pelecehan Seks

 https://news.detik.com/internasional/d-4370863/paus-fransiskus-kritik-uskup-as-atas-skandal-pelecehan-seks
Novi Christiastuti - detikNews
Paus Fransiskus Kritik Uskup AS Atas Skandal Pelecehan Seks Paus Fransiskus (REUTERS/Max Rossi)
Vatican City - Paus Fransiskus melontarkan kritikan untuk para uskup Amerika Serikat (AS) terkait berbagai skandal pelecehan seksual. Para uskup di AS dinilai gagal menunjukkan persatuan dalam menghadapi krisis yang dipicu skandal pelecehan seksual.

Paus Fransiskus menyerukan agar percekcokan internal segera diakhiri dalam menghadapi skandal yang meruntuhkan kredibilitas Gereja Katolik di mata umat sedunia.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (4/1/2019), kritikan ini disampaikan Paus Fransiskus dalam surat yang panjang dan tergolong sangat tidak biasa, yang dikirimkan kepada para uskup AS yang memulai retreat selama satu pekan. Dalam suratnya itu, Paus Fransiskus menyebut penanganan skandal menunjukkan kebutuhan mendesak bagi pendekatan manajemen dan pola pikir baru di dalam lingkup Gereja Katolik Roma.

"Orang-orang yang percaya pada Tuhan dan misi Gereja terus mengalami penderitaan besar sebagai dampak dari penyalahgunaan wewenang dan nurani dan pelecehan seksual, dan itu semua ditangani cara yang buruk," sebut Paus Fransiskus dalam suratnya.

Ditambahkan Paus Fransiskus bahwa para uskup cenderung 'lebih fokus menyalahkan daripada mengupayakan jalur rekonsiliasi'.


Paus Fransiskus telah memanggil kepala dari 110 konferensi uskup Katolik nasional dan puluhan pakar serta para pemimpin orde keagamaan untuk datang ke Vatikan pada 21-24 Februari mendatang. Pemanggilan dimaksudkan untuk menghadiri pertemuan luar biasa yang didedikasikan untuk membahas krisis yang dialami Gereja Katolik saat ini.

Para korban berharap pertemuan itu akan menghasilkan kebijakan jelas agar para uskup bisa dimintai pertanggungjawaban karena secara keliru menangani kasus-kasus pelecehan seksual. Namun sebelum pertemuan digelar di Vatikan, para uskup di AS menghadiri retreat selama tujuh hari yang diisi dengan doa-doa dan refleksi spiritual.

"Kredibilitas Gereja telah direndahkan dan menyusut secara serius akibat dosa-dosa dan tindak kejahatan ini, terlebih lagi oleh upaya-upaya yang dibuat untuk menyangkal atau menutup-nutupinya," tulis Paus Fransiskus dalam suratnya.



Ditambahkan Paus Fransiskus bahwa dirinya sangat prihatin pada situasi yang terjadi hingga dia berharap bisa menghadiri langsung retreat itu, namun tidak bisa karena 'alasan logistik'. Kendati demikian, Paus Fransiskus mengirimkan pengkhotbahnya sendiri, Raniero Cantalamessa, untuk memimpin retreat itu.


Diketahui bahwa Gereja Katolik AS masih terkejut atas laporan pengadilan tahun lalu yang menyebut 301 pastor di wilayah negara bagian Pennsylvania telah melecehkan anak-anak selama periode 70 tahun. Sejumlah negara bagian AS lainnya telah meluncurkan penyelidikan independen atas kasus serupa.

"Rasa sakit yang disebabkan oleh dosa-dosa dan tindak kejahatan ini, juga berpengaruh secara mendalam pada komuni para uskup dan bukannya memicu ketidaksepakatan dan ketegangan yang sehat dan diperlukan dalam setiap manusia, namun malah memicu pemecahbelahan dan pemisahan," tulis Paus Fransiskus dalam suratnya.

"Memerangi budaya kekerasan, hilangnya kredibilitas, kebingungan dan pendiskreditan misi, secara mendesak menuntut kita untuk memiliki pendekatan baru dan tegas untuk menyelesaikan konflik," tulis Paus Fransiskus dalam suratnya yang dikirimkan pada Kamis (3/1) waktu setempat.

"Ini membutuhkan tidak hanya pendekatan manajemen yang baru, tapi juga mengubah pola pikir kita," tandas Paus Fransiskus.

https://news.detik.com/internasional/d-4370863/paus-fransiskus-kritik-uskup-as-atas-skandal-pelecehan-seks

2 komentar:

  1. Semoga gereja bisa mengatasi masalah ini dalam iman... Saya ingin berbagi wawancara dengan Leonardo da Vinci (imajiner) di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/03/wawancara-dengan-leonardo.html

    BalasHapus