TRINITAS
Trinitas
Allah itu satu hakekadnya tetapi terdiri dari 3 pribadi, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Bapa: Pencipta langit dan bumi (Mat 11:25) = (mirip) dengan "Dia (Sang Sabda = Yesus) sudah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya (Yoh 1: 10).
Dia (Yesus) akan dinamai Imanuel yang berarti Allah menyertai kita (Matius 1: 23) mirip dengan penghibur yang lain yaitu Roh Kudus yang menyertai kamu selama-lamanya (Yoh 14:16; 26).
Aku keluar dan datang dari Bapa (Yoh 8:42)
"Roh Tuhan ada pada-Ku 1 , o oleh sebab Ia telah mengurapi Aku 2 , untuk menyampaikan kabar baik p kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku.
(Luk4:18)
(JPS, 15 Juni 2022)
__
MEMBUAT TANDA SALIB ✝️
Pak Wily, Pak Herman, dan Pak Teddy duduk dan mau makan bersama.
Sebagai orang Katolik yang taat, mereka pun berdoa. Ketiganya membuat tanda salib.
Pak Wily mengucapkan,
Atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
Pak Herman mengucapkan,
Demi nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
Pak Teddy mengucapkan,
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
Pertanyaannya, teks doa siapa yang benar?
Pak Willy bilang, Bapak saya guru mengajari saya, pakai
Atas nama.....
Pak Herman bilang,
Bapak saya anggota Dewan Paroki, mengajari saya,
Demi nama.....
Pak Teddy bilang, Bapak saya Prodiakon mengajari saya,
Dalam nama...
Dalam sebuah pertemuan, Pak Goris Keraf yang Profesor Bahasa Indonesia dan dulu dosen di Universitas Indonesia membedakan arti kata :
Atas dan Demi
Atas berarti mewakili seseorang.
Misalnya, atas nama bupati.
Demi, digunakan dalam sebuah sumpah.
Juga Pater Niko Hayon yang Doktor Liturgi dan dulu Dosen Liturgi menjelaskan kata "dalam" saat kita membuat tanda salib. Artinya:
Masuk dan bersatu dengan kesatuan Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Membuat tanda salib bukan untuk mewakili Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Maka hindari penggunaan kata Atas.
Membuat tanda salib, bukan juga untuk bersumpah. Hindari penggunaan kata Demi
Maka yang benar adalah : "
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus."
Ketika membuat tanda salib, kita menyatakan iman kita kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
Hidup kita bersifat Trinitaris.
Hidup dalam cinta Tritunggal.
Hidup dalam cinta Bapa yang mencipta, hidup dalam cinta Putera yang menebus dan hidup dalam cinta Roh Kudus yang menghidupkan.
Dalam Injil Yesus berkata:
Baptislah mereka Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
Bukan baptislah mereka atas nama atau demi nama.
Hari minggu kemarin 12 Juni 2022 ,
Kita merayakan pesta Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
Peran Tritunggal dalam hidup kita, sudah kita rayakan dalam tiga pesta gerejani.
Ketika merayakan Pesta Natal, kita merayakan Cinta Bapa yang mengutus Puteranya ke dunia untuk menyelamatkan manusia.
Ketika merayakan Pekan Suci dan Paskah, kita merayakan cinta Putera yang menderita lalu bangkit untuk menyelamatkan manusia.
Minggu lalu kita merayakan Pentakosta.
Kita merayakan cinta Roh Kudus yang menghidupi dan menyelamatkan manusia.
Mari kita satukan, kita merayakan cinta Bapa, cinta Putera dan cinta Roh kudus.
Selamat merayakan Hari Raya Tritunggal Maha Kudus!
"UNA SUBSTANTIA, TRES PERSONAE"
(Satu hakekat, tiga pribadi)
Berkah Dalem Gusti.🙏
Sumber: WAG _ Keluarga Manggarai Harapam Indah
https://web.whatsapp.com/
______
Ajaran Trinitas dalam Kitab Suci:
Dalam Injil Markus
Markus 1: 9 - 11.
Dalam peristiwa Pembaptisan Yesus ini ada konsep Trintinitas via k3hadiran 3 pribadi, yakni Yesus sebagai Allah Putra, Roh seperti burung merpati dan Bapa via suara dari Sorga : "Engkaulah Anak-Ku n yang Kukasihi 6 , kepada-Mulah Aku berkenan.
1:9 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret k di tanah Galilea, dan Ia dibaptis 4 di sungai Yordan oleh Yohanes. l 1:10 Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati m turun ke atas-Nya 5 . 1:11 Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku n yang Kukasihi 6 , kepada-Mulah Aku berkenan. o "
Dalam Injil Lukas
Luk 3: 21: 22
Dalam peristiwa Pembaptisan Yesus, ada 3 pribadi, yakini Yesus, Roh Kudus dan Bapa via suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku i yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan. j "
3:21 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, g terbukalah langit 3:22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya 3 . h Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku i yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan. j "
Dalam Injil Matius
Mat 3:13-17. Nas ini berbicara tentang Pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Di situ ada Yesus, Roh Allah (Kudus) dan suara dari langit yang diyakini sebagai Bapa. Jadi dalam peristiwa pembaptisan itu ada tiga pibadi, yakni Bapa ( via suara: "Inilah Anak-Ku t yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" ; lalu ada Roh Allah (Kudus) dan Allah Putra (Yesus).
Dalam Injil Yohanes:
Yoh 20:21-21
| Yoh 20:21 | Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." |
| Yoh 20:22 | Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. |
JPS, 28 , 29 April 2022
https://www.youtube.com/watch?v=FjlCXsDILFs&t=211s
KULIAH UMUM "ALLAH TRITUNGGAL" Oleh MGR. PROF. ADRIANUS SUNARKO O.F.M Kamis 30 April 2020
TUHAN itu ESA, bagaimana dengan TRINITAS?
https://web.whatsapp.com
https://www.youtube.com/watch?v=1I9FeAwUrU4/
Pendeta Gilbert Lumoindong membahas tentang memahami Tritunggal dengan mudah
HOSANA (Ibrani) = Please help me = Tolong bantu saya
https://www.youtube.com/watch?v=epO2F4HvJXQ
ALLAH TRITUNGGAL ~ ALLAH ANAK | STEPHEN TONG
_________________________________________________________________
Begini Penjelasan Konsep Tritunggal - Bpk. Bambang Noorsena
https://www.youtube.com/watch?v=5f1zbJGEwQo&t=614s
_______________
Maksud Tritunggal-Bambang Noorsena
https://www.youtube.com/watch?v=zDgVc2jjXV0
____________________
TAUHID TRINITAS _ BAMBANG NOORSENA
https://www.youtube.com/watch?v=Uic0LWjw3Gg
__________________________
TANTANGAN MEMAHAMI
ALLAH TRITUNGGAL
By: Dimas Anugrah
dalam “ Yesus dan Celana Kolor”
Allah Tritunggal. Kita sering mendengar
istilah tersebut dalam perjalanan iman kita. Lazim kita dengar pula, Allah yang
Esa tetapi yang menyatakan diri dalam tiga Pribadi itu merupakan salah satu
doktrin Kristen yang paling sukar dipahami dalam iman Kristen. Pengertian
seperti ini memang tampak sulit diterima oleh akal, tetapi doktrin Allah
Tritunggal adalah kebenaran yang dinyatakan dalam Kitab Suci dan tidak dapat
dihindari oleh umat. Doktrin ini merupakan kebenaran yang melampaui rasio
manusia, atau bersifat suprarasional, bukan irasional. Doktrin Tritunggal
merupakan kebenaran yang melampaui rasio manusia, atau bersifat suprarasional,
bukan irasional. Meski istilah “Tritunggal” sendiri tidak pernah muncul dalam
seluruh Alkitab, tetapi secara keseluruhan isi Kitab Suci menunjukkan kepada
kita sebuah konsep yang jelas mengenai Allah yang memiliki tiga Pribadi (lihat
Kejadian 1:26; Matius 3:16:17-18; 28:19; Yohanes 14:16-17, 28; Roma 8:11; 2
Korintus 13:13; 1 Timotius 1:1-2; 1 Petrus 1:1-2; 1 Yohanes 5:7-8). Doktrin ini
tidak berasal dari mitologi Yunani-Romawi, seperti yang dituduhkan pihak
tertentu. Mereka yang menuduh demikian pada umumnya menggugat konsep dwinatur
Yesus Kristus—Allah seutuhnya dan manusia seutuhnya—dengan menyatakan konsep
ini dinilai mirip dengan mitologi kuno. Namun, jika ditelaah lebih detail,
perbedaan antara ajaran Kristen dan mitologi kuno cukup banyak, salah satunya
adalah monoteisme versus politeisme. Seperti yang dikatakan C.S. Lewis,
kemiripan yang ada juga tidak selalu membuktikan keterkaitan antara ajaran
Kristen dan mitologi kuno. Beberapa Tantangan dan Jawabannya Sepanjang sejarah
gereja telah muncul berbagai ajaran menyimpang yang berkaitan dengan doktrin
Allah Tritunggal, dan secara umum terdapat dua pandangan yang menggugat doktrin
ini. Yang satu menganggap Allah Tritunggal sebagai tiga Allah; yang lain
menganggap Allah hanya satu, tetapi bisa hadir dalam tiga keadaan yang berbeda.
Bahkan, beberapa pihak menganggap orang-orang Kristen mempercayai tiga Tuhan,
yang terdiri dari Allah, Yesus, dan Maria (tentu pandangan ini keliru, sebab
Kitab Suci dengan gamblang menekankan keesaan Allah, dan tidak A 48 pernah
menempatkan Bunda Maria sebagai Tuhan). Alkitab memperkenalkan Allah sebagai
Allah yang Esa, seperti tertulis dalam Ulangan 6:4, “TUHAN itu Allah kita,
TUHAN itu esa.” Pengertian ini menunjukkan bahwa iman Kristen tidak mengimani
politeisme, atau kepercayaan yang mengakui dan menyembah banyak dewa. Terlebih,
kekristenan juga bertumbuh dalam konteks religius Yahudi yang monoteistik.
Namun, doktrin Tritunggal bukan penolakan atau revisi terhadap monoteisme,
melainkan penjelasan yang lebih lengkap, bahwa Allah yang Esa itu menyatakan diri
sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam upaya menjelaskan Allah Tritunggal,
untuk menerangkan bagaimana sesuatu yang satu itu tiga dan sebaliknya, biasanya
dikembangkan analogi-analogi yang menggunakan unsur atau materi duniawi di
sekitar kita. Konon, Santo Patrick di Irlandia pada masa silam menggunakan daun
semanggi (shamrock) berhelai tiga untuk melukiskan Tritunggal. Sejumlah analogi
lain yang populer menggunakan unsur-unsur telur, air, bahkan manusia. Namun,
analogi-analogi itu pun memiliki keterbatasan untuk memahami seutuhnya hakikat
Allah Tritunggal. Hingga kini, tiada analogi yang dapat dipakai secara memadai
untuk menjelaskan konsep Tritunggal, karena memang doktrin Tritunggal itu unik
dan terkait dengan hakikat Allah Pencipta Alam Semesta, tidak mungkin ada
analogi yang dapat menjelaskan seluruh wahyu Alkitab tentang Allah Tritunggal.
Meski demikian, tak dapat dipungkiri bahwa banyak hal dalam ciptaan tampak
mencerminkan Allah Tritunggal. Sebagai contoh, kejamakan dan ketunggalan
manusia selaras dengan Tritunggal (Kejadian 1:26-27; bdk. 2:24). Itu juga
tercermin dari keragaman dan kesatuan jemaat, di mana kebinekaan karunia rohani
bagi tubuh Kristus menunjukkan bahwa berbagai pelayanan berasal dari satu Tuhan
(1 Korintus 12:7-11), dan beragam karunia rohani berasal dari Roh Kudus,
termasuk berbagai pekerjaan ajaib berasal dari Bapa (1 Korintus 11:4-6).
Sebagaimana karunia rohani tidak bisa dipisahkan dari pelayanan dan karya Allah
yang ajaib, demikian pula antar-Pribadi dalam Tritunggal tidak terpisahkan.
Karena doktrin Tritunggal itu unik dan terkait dengan hakikat Allah, tidak
mungkin ada analogi yang dapat menjelaskan seluruh wahyu Alkitab tentang Allah
Tritunggal. Tantangan lainnya, seperti yang sempat disebutkan di atas, adalah
pandangan yang keliru tentang Allah Tritunggal, yaitu “Tritunggal yang dipahami
sebagai keesaan pribadi.” Ada yang beranggapan bahwa Bapa adalah Putra dan
Putra adalah Roh Kudus. Yang membedakan hanyalah 49
waktu dan tugas. Dalam Perjanjian
Lama yang bekerja adalah Bapa, sedangkan dalam Perjanjian Baru yang bekerja
adalah Putra dan Roh Kudus. Lantas, Bapa menjadi Yesus untuk karya keselamatan,
dan Yesus adalah Roh Kudus yang turun dari sorga. Pandangan ini keliru. Sejak
abad pertama pandangan semacam ini sudah ditentang oleh Bapa-bapa gereja.
Sebab, yang tunggal bukanlah pribadi Allah, melainkan hakikat-Nya. Perbedaan
antar-Pribadi terlihat jelas pada saat Pribadi-pribadi itu berkomunikasi atau
terlibat dalam relasi. Di sisi lain, mungkin tidak sedikit orang Kristen yang
beranggapan penciptaan hanya berkaitan dengan Bapa, karya penebusan hanya
berkaitan dengan Putra, dan pengudusan hanya berkaitan dengan Roh Kudus. Ajaran
ini melihat karya masing-masing Pribadi dalam Allah Tritunggal itu memiliki
tugas sendiri yang terpisah dari lainnya. Konsep ini tidak tepat. Sebab, baik
Bapa, Putra, maupun Roh Kudus terlibat dalam penciptaan (Kejadian 1:1-2; Mazmur
104:30; Yohanes 1:3). Begitu pula dengan karya penebusan: Bapa memilih umat-Nya
(Efesus 1:5-6) dan mengutus Putra-Nya (1 Yohanes 4:10); Sang Putra
menyelesaikan karya penebusan (Yohanes 19:30); Roh Kudus menerapkan dan
memeteraikan penebusan itu dalam hati umat pilihan (Roma 5:5). Tantangan
lainnya adalah tuduhan bahwa “doktrin Allah Tritunggal baru dirumuskan pada
abad ke-4 Masehi dan merupakan produk politis.” Tuduhan tersebut menyatakan,
sejak Kaisar Romawi bernama Konstantinus menganut iman Kristen, gereja
melakukan konsili-konsili untuk menciptakan doktrin-doktrin baru. Salah satunya
adalah doktrin Tritunggal. Tuduhan semacam ini tidak berdasar. Sebab, istilah
“Tritunggal” sendiri sudah muncul dan didiskusikan sejak abad ke-2 Masehi oleh
Bapa Gereja Tertulianus. Bapa-bapa Gereja dari abad ke-2 dan ke-3 beberapa kali
menegaskan doktrin ini. Semua dilakukan sejak umat Kristen di wilayah
Kekaisaran Romawi masih dianiaya. Jadi, yang sesungguhnya terjadi adalah
konsili-konsili gereja pada abad ke-4 Masehi hanya mengukuhkan apa yang sudah
diimani umat selama beberapa abad sebelumnya oleh mayoritas gereja. Pengukuhan
ini dilakukan untuk menyolidkan pemahaman iman gereja yang tengah diserang
berbagai aliran bidat di sekitar kekristenan. Pada akhirnya, kita mengetahui
posisi doktrin Tritunggal begitu sentral dalam iman Kristen. Sejak gereja
lahir, umat mengimani Allah sebagai persekutuan Tiga yang Sempurna, dan
ketiganya adalah Esa. Doktrin Allah Tritunggal menempatkan kekristenan secara
unik di antara agama-agama lain. Iman Kristen memang dilandaskan pada
kepercayaan kepada Allah Tritunggal dan inkarnasi 50 Putra Allah. Tanpa mengakui
keduanya, maka pemahaman iman Kristen kita belum solid dan memadai. Meski kita
tidak dapat memahami secara sempurna hakikat Allah Tritunggal, kita tetap
diundang untuk mengimani Allah yang luar biasa itu. Realitas ini membuat kita
makin yakin bahwa Allah memang tidak terbatas, seperti yang diungkapkan Rasul
Paulus, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh
tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan
sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” (Roma 11:33).
___________________________________________




